Jumat, 30 Agustus 2013


STRATEGI PEMBELAJARAN IPA


Mengapa dalam pembelajaran perlu strategi? Tentu saja pertanyaan ini dapat dijawab dengan mengembalikan kepada hakikat pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran atau barang kali menggunakan istilah “belajar dan mengajar” sebenarnya merupakan sebuah usaha secara sadar dan terencana dengan tujuan terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik. Sebagai seorang guru/pendidik tentu harus berupaya agar usaha yang dilakukan dapat berhasil dengan baik sehingga usahanya efektif.
Agar dapat memainkan perannya secara efektif, seorang guru menurut Arends (2004: 20) harus mempunyai empat atribut sebagai berikut:
  1. Guru yang efektif mempunyai dasar pengetahuan mengenai belajar dan mengajar dan menggunakan pengetahuan ini sebagai petunjuk dalam praktik mengajar mereka.
  2. Guru yang efektif menguasai sekumpulan cara praktik mengajar (model, strategi, prosedur) dan dapat menggunakannya untuk membelajarkan siswa dalam kelas dan untuk bekerjasama dengan orang lain di lingkungan sekolah
  3. Guru yang efektif mempunyai pengaturan dan keterampilan untuk melakukan pendekatan pada semua aspek pekerjaannya dengan cara yang reflektif, kesejawatan dan dalam rangka pemecahan masalah.
  4. Guru yang efektif memandang belajar mengajar sebagai proses belajar sepanjang hayat dan mempunyai pengetahuan dan ketrampilan bekerja untuk meningkatkan kemampuan pengajarannya sendiri dan meningkatkan mutu sekolah.
Melihat pada atribut ke-1 dan ke-2 seperti uraian di atas, maka pemahaman terhadap strategi pembelajaran biologi mutlak diperlukan. Di sini sering kali menimbulkan kebingungan untuk membedakan dan menerapkan istilah-istilah seperti pendekatan, strategi, metode, teknik, serta model pembelajaran. Baiklah berikut pengertian masing-masng istilah tersebut. Uraian yang lebih luas terdapat pada model pembelajaran karena dengan model pembelajaran sudah dapat memberikan gambaran pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber, terisnpirasi, dikuatkan dan diwadahi oleh pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Sebuah pendekatan pembelajaran menurut Rustaman dkk (2003: 107-117) dapat diimplementasikan dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran. Demikian pula sebaliknya sebuah metode pembelajaran tertentu dapat digunakan untuk mengimplementasikan beberapa pendekatan yang berbeda. Macam-macam pendekatan yang sering dikenal dalam pembelajaran antara lain: pendekatan tujuan pembelajaran, pendekatan konsep, pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses, pendekatan interaktif, pendekatan penemuan, pendekatan pemecahan masalah, dan pendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas).
2. Strategi Pembelajaran
Setelah pendekatan pembelajaran ditetapkan, selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran terdapat empat unsur dalam strategi, yaitu:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Dengan demikian strategi dalam pembelajaran diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Sanjaya (2007) dalam konteks pembelajaran, strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi pembelajaran.
1. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Kozma (dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
3. Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
4. Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
5. Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Berdasar pengertian-pengertian di atas, sesungguhnya dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Strategi pebelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
3. Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Rustaman dkk (2003) ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, antara lain: 1) metode ceramah, 2) metode tanya jawab, 3) metode diskusi, 4) metode demonstrasi, 5) metode ekspositori atau pameran, 6) metode karya wisata/widya wisata, 7) metode penugasan, 8) metode eksperimen, 9) metode bermain peran, dan sebagainya.
Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan semakin efektif kegiatan pembelajaran. Tentunya ada juga faktor-faktor lain yang harus diperhatikan, seperti: faktor guru, anak, situasi (lingkungan belajar), media, dan lain-lain.
4. Teknik dan Gaya Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
5. Model Pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, dan teknik dalam pembelajaran dapat diwadahi atau tercermin dalam sebuah model pembelajaran. Merujuk pada Joyce, weil, dan Shower dalam Depdiknas (2004:1), istilah model pembelaja digunakan untuk dua alasan penting, yaitu:
  1. Istilah model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Istilah model pengajaran mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh.
  2. Model pengajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting. Model pengajaran diklasifikasikan berdasaran tujuan pembelajarannya, sintaksnya (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran lain.
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Hal ini dinyatakan dalam Depdiknas (2004:1). Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Pada setiap model pembelajaran dikenal adanya sintaks atau pola urutan yang menggambarkan keseluruhan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Masih dalam Depdiknas (2004:2) dikemukakan bahwa, ”Sintaks pembelajarn menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan guru atau siswa, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa”.
Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan sistem sosial kelas. Arends dan para pakar pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang lebih baik dari pada model pembelajaran yang lain. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sangat beranekaragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menguasai berbagai model pembelajaran merupakan bekal utama bagi seorang guru untuk mencapai tujuan pembelaran tertentu sesuai dengan lingkungan belajar atau kelompok siswa tertentu.
Berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain: 1) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), 2) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), 3) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning).
a. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Landasan teoretik DI adalah teori belajar sosial khususnya tentang pemodelan (modelling). Albert Bandura yang merupakan pengembang teori belajar sosial menyatakan bahwa belajar yang dialami oleh manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan yiatu meniru perilaku dan pengalaman orang lain.
Model DI dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Menghafal rumus dalam bidang sains merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana (informasi faktual). Sedangkan bagaimana cara mengoperasikan alat-alat tertentu dalam sains merupakan contoh pengetahuan prosedural.
Model DI mempunyai lima fase yang sangat penting yaitu: 1) menyampaikan tujuan, 2) mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, 3) membimbing pelatihan, 4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan 5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Rincian perilaku guru pada setiap fase dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase-fase
Perilaku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemostrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Landasan teoretik Model Pembelajaran Kooperatif (CL) adalah teori belajar kognitif–konstruktivis. Salah satu teorinya misalnya yang dikemukan oleh Vigotsky yang menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut Vigotsky fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antarindividu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu terebut. Implikasi dari teori Vigotsky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif.
Landasan teoretik lain menurut Arends (2004: 357-358) dalam pengebangan CL adalah konsep tentang kelas demokratis seperti yang disampaikan oleh John Dewey. Kelas demokratis ini membutuhkan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang dicirikan oleh prosedur yang demokratis dan proses yang ilmiah. Tanggung jawab utama adalah untuk menemukan masalah-masalah sosial dan interpersonal.
Selain untuk mengembangkan hasil belajar akademik, CL juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Model pembelajaran ini diyakini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Tujuan lain yang penting dengan penerapan CL ini adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting untuk dimiliki dalam berkehidupan di masyarakat yang banyak tersusun dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain.
Keterampilan kooperatif yang dimaksud antara lain menurut Lungdren (1994) meliputi: 1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, 2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, dan 3) keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Keterampilan kooperatif tingkat awal terdiri atas: 1) menggunakan kesempatan, 2) menghargai kontribusi, 3) mengambil giliran dan berbagi tugas, 4) berada dalam kelompok, 5) berada dalam tugas, 6) mendorong partisipasi,7) mengundang orang lain untuk berbicara, 8) menyelesaiakn tugas pada waktunya, dan 9) menghormati perbedaan individu.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: 1) menunjukkan penghargaan dan simpati, 2) menggunakan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, 3) mendengarkan dengan aktif, 4) bertanya, 5)membuat ringkasan, 6) menafsirkan, 7) mengatur dan mengorganisir, 8) menerima tanggung jawab, dan 9) mengurangi ketegangan.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: 1) mengelaborasi, 2) memeriksa dengan cermat, 3) menanyakan kebenaran, 4) menetapkan tujuan, dan 5) berkompromi.
Pada CL terdapat enam langkah yaitu: 1) menyampaikan tujuan, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5) evaluasi, dan 6) memberikan penghargaan. Secara rinci sintaks pembelajaran CL adalah seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswaransisi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa degan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat merek mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Ealuasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe antara lain: Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), Cooperative Script, dan sebagaiya. Berikut akan diberikan penejelasan secara singkat beberapa contoh tipe model pembelajaran kooperatif.
b.1 Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
  1. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing–masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
  2. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
  3. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
  4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.
b. 2. Teams Games Tournament (TGT)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas. Adapun sintaks TGT adalah sebagai berikut.
  1. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
  2. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
  3. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, dan medium.
  4. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dan seterusnya.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
  5. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
b.3. Think Pair Share (TPS)
TPS merupakan pembelajaran kooperati yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur kelas siswa menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Prosedur TPS memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Adapun langkah-langkah pembelajaran TPS adalah sebagai berikut.
1. Tahap Think (berpikir), guru mengajukan pertanyaan atau isu uang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2. Tahap Pairing (berpasangan), guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau berbagi ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3. Tahap Sharing (berbagi), guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
b.4. Numbered Head Together (NHT)
Tahap-tahap pembelajaran pada NHT adalah sebagai berikut.
1. Tahap 1 (Penomoran). Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang, dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 – 5.
2. Tahap 2 (Mengajukan pertanyaan). Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dapat bersifat spesifik, maupun dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan.
3. Tahap 3 (Berpikir Bersama). Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya telah mengetahui jawaban tersebut.
4. Tahap 4 (Menjawab). Guru suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

ALAT UKUR

ALAT UKUR

TENSIMETER DAN STETOSKOP



 TENSIMETER
 A. Pengertian Tensimeter

Tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter adalah alat pengukuran tekanan darah sering juga disebut sphygmomanometer. Sejak itu, sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Para dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka kepada tensimeter air raksa ini. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.

 B. Jenis-Jenis Tensimeter

Tensimeter memeliki 2 jenis, yaitu :

  1. Tensimeter air raksa
  2. Tensimeter digital

  1. Tensimeter Air Raksa

Tensimeter air raksa merupakan tensimer yang menggunakan air raksa sebagai penunjuk tekanan darah yang telah diukur, Merupakan tensimeter konvensiaonal yang diluar negeri sudah tidak boleh digunakan lagi karena bahaya dari air raksa, jika sampai alat pecah dan air raksanya terkena kulit atau pernapasan.

Komponen penyusun Tensimeter

Pada tensimeter atau spygnomanometer yaitu merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tensi (tekanan darah), menggunakan air raksa untuk mengukur tensi, dalam skala mmHg.
Komponen dari spygmanometer itu sendiri adalah :
Dasar : 
*       Tabung Skala
*       Tabung air Raksa
*       Pengunci
Pelengkap :
*      Manset dan selang
*      Balon dan valve
*      Seal atas-bawah



Fungsi-Fungsinya :
  1. Pompa (Pump)  : Pompa menggembungkan manset untuk menghentikan aliran darah dalam arteri anda untuk beberapa  detik.
  2. Dial : Dial nomor atau kolom merkuri dapat digunakan untuk merekam tekanan darah yang terbaca.
  3. Manset (cuuf) : Manset  yang digunakan untuk membungkus lengan atas.
  4. Valve (Katup) : Katup yang memungkinkan udara keluar dari manset, yang memungkinkan aliran darah untuk kembali seperti semula.

Sphygmomanometer biasanya disebut "alat pengukur tekanan darah." Ada beberapa jenis manset tekanan darah digunakan. Beberapa dibuat untuk menempel pada dinding (di samping tempat tidur pasien rumah sakit, misalnya), tetapi kebanyakan portabel atau stand (berdiri). Semua alat pengukur tekanan darah pada dasarnya bekerja dengan cara yang sama dan memiliki bagian-bagian yang sama, sebuah handbulb dengan pelepasan katup, sebuah tabung yang menghubungkan handbulb ke manset/bladder, dan mengukur (baik merkuri atau aneroid) untuk mengukur tekanan. Ada juga yang menggunakan air raksa atau mercury pada range untuk melihat hasil pengukuran tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah selalu wajib dilakukan, atau pertama kali dilakukan sebelum tindakan medis yang lain dilakukan.

Tekanan darah merujuk pada gaya (tekanan) dengan menekan darah terhadap dinding pembuluh darah. Semua pembuluh darah - besar atau kecil, arteri atau vena - memiliki tekanan darah. Namun, istilah tekanan darah biasanya mengacu pada tekanan darah arteri besar. Tidak seperti tanda-tanda vital lain dibahas sebelumnya, diperlukan dua angka - tekanan sistolik dan tekanan diastolik - untuk menggambarkan tanda-tanda vital ini. Tekanan darah biasanya diukur dalam satuan milimeter merkuri (mm Hg). "Millimeter mercury" adalah satuan standar untuk mengukur tekanan. Ini merujuk pada seberapa tinggi gaya (tekanan) akan menyebabkan kolom air raksa (simbol kimia Hg) meningkat dalam tabung. Semakin besar tekanan, semakin merkuri dipaksa atas tabung.
Sistolik adalah waktu dimana arteri terbesar berada di bawah tekanan ketika jantung memompa darah ke dalamnya. Darah tambahan yang dipaksa masuk ke dalam arteri membuat mereka meregang. Diastolik adalah waktu dimana arteri paling tidak berada di bawah tekanan dari darah ketika jantung beristirahat (antara pompa atau mengalahkan) dan arteri telah kembali ke ukuran normal.

Prinsip Fisika dari Tensimeter

Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah (tensimeter) sama dengan U-Tube Manometer. Manometer adalah alat pengukur tekanan yang menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi liquid statik untuk menentukan tekanan. Manset dipasang ‘mengikat’ mengelilingi lengan dan kemudian ditekan dengan tekanan di atas tekanan arteri lengan (brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya diturunkan. Pembacaan tinggi mercuri dalam kolom (tabung manometer) menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest pressure (diastolic).

Prinsip U-Tube Manometer
Tekanan pada titik A sama besarnya dengan pada titik 1. Tekanan di titik 2 adalah tekanan di titik 1 ditambah dengan 5h1. Tekanan di titik 2 sama dengan tekanan di titik 3, yaitu 6h2. Berdasarkan persamaan besar tekanan di titik 2 dan titik 3, dapat dituliskan sebuah persamaan :
7
Fluida pada A dapat berupa liquid atau gas. Bila fluida pada A berupa gas, pada umumnya tekanan 5h1 dapat diabaikan, karena berat dari gas sangat kecil sehingga P2 hampir sama dengan PA. Oleh karena itu berlaku persamaan :
8
Dalam kasus alat pengukur tekanan darah, h2 adalah tinggi cairan merkuri pembacaan pada kaca tabung dan 6adalah berat spesifik dari merkuri.
Stetoskop biasanya diletakkan diantara lengan (arteri pembuluh darah) dekat siku dan ‘bebatan kain bertekanan’ yang mengikat lengan. Tujuan bebatan kain dipompa (diberi tekanan) agar aliran darah yang melewati pembuluh darah arteri di lengan jadi terhenti. Pada saat tekanan dalam bebatan kain dilepaskan perlahan-lahan, dan kemudian darah mulai dapat mengalir lagi melalui pembuluh darah arteri, maka dari stetoskop akan terdengar suara wussshhhh…(suara sedkit menghentak). Hal itu merupakan pertanda untuk ‘mencatat’ penampakan ukuran pada manometer, yang merupakan tekanan darah systolic. Dan seterusnya sampai suara (wushhh…) tidak terdengar kembali yang mana itu merupakan ukuran tekanan darah dyastolic (dilihat dari displai manometer).
Ukuran tekanan darah normal untuk manusia dewasa (dengan kondisi saat pengukuran normal, tidak setelah berolahraga):
*Systolic           : kurang dari 120 mmHg (2,32 psi atau 15 kPa)
*Diastolic          :     kurang dari 80 mmHg (1,55 atau 10 kPa)
Mempelajari tentang sirkulasi tekanan darah, tentu harus bertolak dari Hukum Poiseulle & Bernouli karena dalam hukum tersebut ada hubungan antara tekanan, kekuatan aliran & tahanan (Poiseuille) yg berlaku di dalam susunan pembuluh darah. Pada prinsipnya, darah itu ngalir ke arah turunnya tekanan yg berlaku di sepanjang pembuluh darah tersebut.. Sekitar tahun 1730, R. Stephen H. menggunakan pipa gelas panjang yg langsung dihubungin ke pembuluh arteri kuda dengan perantara trakea angsa. Apabila  para ahli bedah, mengukur pembuluh darah memakai kateter yg dipasang langsung pada pembuluh darah, yang sebelumnya salah satu ujung kateternya dihubungin ke transduser tekanan. Tapi karena cara yang digunakan R. Stephen H dan para ahli bedah tersebut sangat tidak praktis, maka diciptakanlah sphygmomanometer (tensi.red) yg terdiri dari manometer air raksa, pressure cuff & stetoskop. Pressure cuff dipasang pada lengan kemudian dipompa perlahan-lahan dengan tujuan aliran darah dapat distop, kemudian akan terlihat air raksa dalam tabung naik pada skala tertentu (S), kemudian saat pressure cuff dilepaskan secara perlahan (D). Stetoskop diletakan di daerah volar persis di atas arteri brakhialis, melalui stetoskop itu akan terdengar vibrasi turbulensi darah yg disebut Bunyi Korotkoff. Bunyi hilang pertama disebut Sistolik (S), sedangkan bunyi muncul pertama disebut Diastolik (D). Dari situ kita bisa memprediksi tekanan darah seseorang (dengan catatan systole dan diastole).

Cara pengukuran tekanan darah

Cara menggunakan tensimeter air raksa adalah
  1. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuff) pada lengan atas.
  2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.
  3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara memompakan udara ke dalamnya. Kantong karet yang membesar akan menekan pembuluh darah lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.
  4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar sumbat udara.
  5. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi denyut pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah nilai tekanan sistolik.
  6. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik.

Tekanan sistolik adalah besarnya tekanan yang timbul pada pembuluh arteri saat jantung memompa darah (berkontraksi). Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung dalam fase istirahat. Alat ini sangat penting jika ada diantara keluarga menderita tekanan darah tinggi, maka perlu memiliki alat pengukur tekanan darah (sphygmomanometer). Salah satu kunci keberhasilan mengendalikan tekanan darah pasien tekanan darah tinggi adalah pengukuran tekanan darah secara teratur.
Selain alat ukur tekanan darah secara manual seperti di atas, ada juga sphygmomanometer digital yang bekerja otomatis. Tekanan darah akan tampil di layar setelah sphygmomanometer digital selesai mengukur tekanan darah.
Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:
  1. sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
  2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg ( ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.
  3. Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
  4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.
Penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan berikut:
  1. Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama
  2. tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)
  3. udara atau debu di air raksa
Alasan yang pertama mudah kelihatan. Ada dua saringan dalam setiap sphygmomanometer air raksa yaitu di lubang tabung kaca dan tendon. Saringan di atas tabung kaca dapat menjadi tersumbat dengan mudah. Ketika air raksa menyentuh saringan, akan terjadi kelebihan tekanan. Penanganan yang tidak baik setelah dipakai yaitu membiarkan air raksa di tabung kaca dan tidak kembali ke tabung air raksa.
Alasan yang kedua berkaitan dengan fakta bahwa air raksa adalah suatu logam berat dan berisi material yang tidak murni. Keadaan ini menyebabkan dalam waktu yang lama akan mengotori tabung gelas/kaca. Akibatnya gerakan raksa saat turun terhambat.
Alasan yang ketiga adalah masuknya gelembung udara. Ini disebabkan oleh cara penanganan yang tidak sesuai dari sphygmomanometer air raksa. Debu dapat masuk lewat udara. Memindahkan sphygmomanometer air raksa tanpa mengunci air raksa kembali ke kontainer dan meninggalkan klep membuka dapat menghasilkan suatu gelembung udara di air raksa.

2. Tensimeter Digital
Tensimeter digital  merupakan tensimeter modern yang akurat dianjurkan untuk digunakan dirumah untuk memantau tekanan darah. Berbeda dengan tensimeter raksa yang menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda menentukan tekanan sistolik dan diastolik, tensimeter digitil menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya. Tensimeter air raksa : Merupakan tensimeter konvensiaonal yang diluar negeri sudah tidak boleh digunakan lagi karena bahaya dari air raksa, jika sampai alat pecah dan air raksanya terkena kulit atau pernapasan.
  1. Tensimeter digital : Merupakan tensimeter modern yang akurat dianjurkan untuk digunakan dirumah untuk memantau tekanan darah. Berbeda dengan tensimeter raksa yang menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda menentukan tekanan sistolik dan diastolik, tensimeter digitil menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya.

Tensimeter bebas air raksa
Mengingat bahwa air raksa merupakan logam bera yang berbahaya, maka sekarang sudah banyak beredar Sphygmomanometer yang tidak menggunakan raksa contohnya UM-101 A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer. Pertimbangan banyak dokter dan perawat yang beralih ke UM-101 A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer adalah:
  1. Akurat, konsisten inovatif design.
  2. Bebas Mercury /air raksa : aman untuk pasien, diri sendiri, staff dan lingkungan.
  3. Tidak ada perasaan cemas menggunakan sphygmomanometer.
Mercury-Free Sphygmomanometer mempunyai cara kerja yang sama dengan tensimeter air raksa.

Cara penggunaan Tensimeter digital :
Masukkan manset ke lengan atas dan tekan tombol. Maka dalam 20 detik hasilnya akan terpampang di layar LCD, besar sistolik, diastolic dan detak jantung.
Ada juga yang menggunakkan digital tensimeter, perbedaannya pada tampilan tensimeter yang ada pada layar digital dan dijalankan secara otomatis menggunakkan sensor. Kelemahannya menggunakkan battery dan keakuratan tiap merk berbeda, harus dikomparasikan dengan unit standar untuk lebih baiknya.
Sesuai dengan kebutuhan, inovasi pada tensi digital, wrist tensimeter. Pengukuran tekanan darah bukan hanya kebutuhan saat kita memeriksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit saja, tetapi pasien ataupun orang lain bisa menggunakkannya untuk memonitor dirinya sendiri dalam berbagai macam hal. Digunakan pada pergelangan tangan dengan setting otomatis dan bisa melakukan tensi secara otomatis berkala, misal tiap 3 menit.
STETOSKOP
Pengertian Stetoskop

Stetoskop berasal dari bahasa Yunani yaitu stéthos yang berarti dada dan skopé yang berarti  pemeriksaan. Stetoskop  adalah sebuah alat medis akustik yang berfungsi untuk auskultasi, atau mendengarkan suara-suara internal tubuh, seperti suara jantung, paru, dan usus.

Sejarah  Stetoskop dan Cara Kerja Stetoskop
            Sebelum stetoskop ditemukan, para dokter memeriksa dada kliennya dengan cara menempelkan telinganya secara langsung ke dada klien. Cara seperti ini tentu mengganggu klien. Selain itu, suara yang terdengar  juga kurang jelas karena hanya menggunakan salah satu telinga.
Stetoskop ditemukan di Perancis pada 1816 oleh René-Théophile-Hyacinthe Laennec,  Stetoskop awalnya tercipta dari sebuah kesulitan, Rene Theophile Hyacinthe Laennec marasa sulit mendeteksi detak jantung pasien tanpa alat bantu. Untuk itu, ia menggulung kertas yang kemudian ditempelkan pada tubuh pasien untuk memperbesar suara denyut nadi. Suatiu ketika , Rene teringat pernyataan Leonardo da Vinci. Leonardo mengatakan bahwa kayu dapat dijadikan media untuk memperbesar suara yang lirih. Dari pernyataan itu, ia kemudian mencoba menggunakan kayu untuk memecahkan kesulitan nya mendengar denyut nadi pasien. Melalui berbagai percobaan, Pada tahun 1819, Rene berhasil menciptakan stetoskop pertama yang diberi nama Baton, Bentuknya berupa pipa silinder berlubang yang terbuat dari kayu dengan panjang 5,9 inchi atau 15 cm. Alat itu ditempelkan pada tubuh pasien dan bagian ujungnya didengarkanpada telinga sang dokter. Bentuk Baton kemudian berkembang menjadi gelas berbentuk pipa atau jam pasir dengan panjang 15-22,5 cm. Berkat kemajuan teknologi, pada abad 19 stetoskop dikembangkan dengan bahan karet dan alumunium. Kemudian, penemuan Rene disempurnakan oleh Nicholas P Cominspada tahun 1829, Ia menciptakan stetoskop yang memungkinkan seseorang mendengar denyut nadi dengan kedua telinga. Inilah stetoskop yang kita kenal bentuknya saaat ini. Penemuan Rene dan Nicholas ini bisa dikatakan sebagai penemuan yang mengubah dunia. Sebab, stetoskop ini menjadi semacam alat wajib untuk menganalisis penyakit pasien. Waktu itu stetoskop  terdiri dari tabung kayu. Tahun 1851, Arthur Binaural Leared menciptakan stetoskop dari karet dan pada tahun 1852 George Cammann menyempurnakan desain stetoskop  dan mulai diproduksi untuk tujuan komersial.Rappaport dan Sprague merancang stetoskop baru di tahun 1940-an, yang merupakan cikal bakal  standar  ukuran stetoskop masa kini, terdiri dari dua sisi, salah satunya adalah digunakan untuk sistem pernapasan, dan yang lainnya digunakan untuk sistem kardiovaskular. Pada awal tahun 1960 Dr David Littmann, seorang profesor Harvard Medical School, menciptakan stetoskop baru yang lebih ringan dibandingkan  model-model sebelumnya hingga akhir tahun 1970 ditemukan sistem diafragma yang meningkatkan hasil pendengaran.


Jenis Stetoskop
 Ada beberapa jenis stetoskop, antara lain :
Stetoskop Akustik
Stetoskop Akustik ini paling umum  bagi kebanyakan orang, terdiri dari diafragma, chestpiece, bel, pipa karet / plastik, earpiece. Di bagian chestpiece ini terdiri dari dua sisi yang dapat ditempatkan pada klien untuk mendengarkan suara, yaitu sebuah diafragma (bagian plastik bundar) dan  bel.


Bagian Stetoskop
Jika diafragma atau bel diletakkan di klien, suara tubuh menggetarkan diafragma, menciptakan gelombang tekanan akustik yang berjalan ke atas pipa menuju telinga pendengar. Bel mentransmisikan suara frekuensi rendah, sedangkan diafragma mentransmisikan suara dengan frekuensi yang lebih tinggi.
Sungkup terbuka (open bell) berfungsi untuk menyesuaikan/menyamakan impedansi antara kulit dan udara. Bagian ini menghimpun suara dari daerah yang berkontak. Kulit pasien yang bersentuhan dengan sungkup terbuka berfungsi seperti diafragma. Kulit pasien memiliki frekuensi resonan alami yang efektif untuk menghantarkan bunyi jantung. Frekuensi resonan ditentukan oleh diameter sungkup dan tekanan sungkup pada kulit. Semakin kencang kulit tertarik, semakin tinggi frekuensi resonan. Semakin besar diameter sungkup, semakin rendah frekuensi resonan kulit. Rentang suara yang diinginkan dapat diperluas dengan mengubah ukuran sungkup dan mengubah-ubah tekanan sungkup terbuka terhadap kulit (sehingga ketegangan pada kulit juga berbeda). Murmur jantung berfrekuensi rendah tidak akan terdengar apabila stetoskop terlalu kencang ditekan ke kulit.
Sungkup tertutup (closed bell) sebenarnya hanyalah sebuah sungkup yang memiliki diafragma dengan frekuensi resonan tertentu, biasanya tinggi, dan menghambat suara-suara berfrekuensi rendah. Frekuensi resonannya dikendalikan oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mengatur frekuensi sungkup terbuka yang ditekankan ke kulit. Stetoskop sungkup tertutup terutama digunakan untuk mendengarkan bunyi paru yang frekuensinya lebih tinggi daripada bunyi jantung.
Apa bentuk sungkup yang terbaik? Karena kita menghadapi suatu sistem yang tertutup di salah sate ujung jauhnya oleh diafragma peka tekanan-gendang telinga-sebaiknya digunakan sungkup yang volumenya sekecil mungkin. Semakin kecil volume gas di dalam sungkup, semakin besar perubahan tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan diafragma di ujung lonceng yang lain.
Volume selang juga harus kecil, dan seyogianya suara yang hilang akibat gesekan dengan dinding selang sedikit. Restriksi oleh volume yang kecil menunjukkan selang pendek berdiameter kecil, sedangkan restriksi oleh gesekan yang kecil menunjukkan selang berdiameter besar. Oleh karena itu, apabila diameter selang terlalu kecil, banyak suara yang akan hilang akibat gesekan. Apabila diameter terlalu besar, maka volume udara yang dipindahkan menjadi terlalu banyak. Pada keduanya, efisiensi berkurang. Di bawah sekitar 100 Hz, panjang selang tidak banyak memengaruhi efisiensi, tetapi• di atas frekuensi ini, efisiensi berkurang seiring dengan semakin panjangnya selang. Pada 200 Hz, perubahan selang dari panjang 7,5 cm menjadi 66 cm menyebabkan kehilangan 15 dB. Suatu keputusan yang disepakati adalah selang dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 0,3 cm.
Earpiece harus terpasang pas di telinga karena kebocoran udara mengurangi suara yang terdengar. Semakin rendah frekuensi, semakin bermakna kebocoran tersebut. Kebocoran juga menyebabkan suara bising di sekitar kita masuk ke telinga. Earpiece biasanya dirancang untuk mengikuti arah saluran telinga yang sedikit condong ke depan.


Stetoskop Elektronik
Stetoskop elektronik memerlukan konversi gelombang suara akustik untuk sinyal-sinyal listrik.  Tidak seperti stetoskop akustik, yang semuanya didasarkan pada metoda fisika. Stetoskop elektronik terdiri dari bagian membran biasa disebut chest piece, selang/tubing, mik kondensor, dan jack penghubung ke soundcard. Stetoskop biasa dipotong pada earpiece-nya kemudian dipasang mik kondensor sebagai transducer untuk mengubah suara menjadi getaran listrik. Selanjutnya dipasang jack yang sesuai dengan soundcard.
Stetoskop Elektronik
Stetoskop elektronik dapat digunakan dengan menggunakan teknologi melalui bluetooth. Kalau dilihat dari modelnya memang terlihat sama dengan stetoskop biasa. Dengan adanya bluetooth ini tentu akan memberikan kemudahan bagi pemeriksa untuk dapat menganalisa tanpa dibatasi jarak terlalu pendek dengan kliennya. Tidak hanya itu saja, stetoskop canggih ini memiliki kemampuan untuk menolak suara berisik dari luar, selain itu Anda juga dapat merekam dan mendokumentasikan irama detak jantung klien.
Stetoskop Janin
Sebuah stetoskop janin atau fetoscope adalah stetoskop akustik berbentuk seperti terompet. Ia ditempatkan pada perut wanita hamil untuk mendengarkan bunyi jantung janin. Stetoskop janin juga dikenal sebagai Pinard’s stetoskop atau pinard.