Jumat, 30 Agustus 2013

ALAT UKUR

ALAT UKUR

TENSIMETER DAN STETOSKOP



 TENSIMETER
 A. Pengertian Tensimeter

Tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter adalah alat pengukuran tekanan darah sering juga disebut sphygmomanometer. Sejak itu, sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Para dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka kepada tensimeter air raksa ini. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.

 B. Jenis-Jenis Tensimeter

Tensimeter memeliki 2 jenis, yaitu :

  1. Tensimeter air raksa
  2. Tensimeter digital

  1. Tensimeter Air Raksa

Tensimeter air raksa merupakan tensimer yang menggunakan air raksa sebagai penunjuk tekanan darah yang telah diukur, Merupakan tensimeter konvensiaonal yang diluar negeri sudah tidak boleh digunakan lagi karena bahaya dari air raksa, jika sampai alat pecah dan air raksanya terkena kulit atau pernapasan.

Komponen penyusun Tensimeter

Pada tensimeter atau spygnomanometer yaitu merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tensi (tekanan darah), menggunakan air raksa untuk mengukur tensi, dalam skala mmHg.
Komponen dari spygmanometer itu sendiri adalah :
Dasar : 
*       Tabung Skala
*       Tabung air Raksa
*       Pengunci
Pelengkap :
*      Manset dan selang
*      Balon dan valve
*      Seal atas-bawah



Fungsi-Fungsinya :
  1. Pompa (Pump)  : Pompa menggembungkan manset untuk menghentikan aliran darah dalam arteri anda untuk beberapa  detik.
  2. Dial : Dial nomor atau kolom merkuri dapat digunakan untuk merekam tekanan darah yang terbaca.
  3. Manset (cuuf) : Manset  yang digunakan untuk membungkus lengan atas.
  4. Valve (Katup) : Katup yang memungkinkan udara keluar dari manset, yang memungkinkan aliran darah untuk kembali seperti semula.

Sphygmomanometer biasanya disebut "alat pengukur tekanan darah." Ada beberapa jenis manset tekanan darah digunakan. Beberapa dibuat untuk menempel pada dinding (di samping tempat tidur pasien rumah sakit, misalnya), tetapi kebanyakan portabel atau stand (berdiri). Semua alat pengukur tekanan darah pada dasarnya bekerja dengan cara yang sama dan memiliki bagian-bagian yang sama, sebuah handbulb dengan pelepasan katup, sebuah tabung yang menghubungkan handbulb ke manset/bladder, dan mengukur (baik merkuri atau aneroid) untuk mengukur tekanan. Ada juga yang menggunakan air raksa atau mercury pada range untuk melihat hasil pengukuran tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah selalu wajib dilakukan, atau pertama kali dilakukan sebelum tindakan medis yang lain dilakukan.

Tekanan darah merujuk pada gaya (tekanan) dengan menekan darah terhadap dinding pembuluh darah. Semua pembuluh darah - besar atau kecil, arteri atau vena - memiliki tekanan darah. Namun, istilah tekanan darah biasanya mengacu pada tekanan darah arteri besar. Tidak seperti tanda-tanda vital lain dibahas sebelumnya, diperlukan dua angka - tekanan sistolik dan tekanan diastolik - untuk menggambarkan tanda-tanda vital ini. Tekanan darah biasanya diukur dalam satuan milimeter merkuri (mm Hg). "Millimeter mercury" adalah satuan standar untuk mengukur tekanan. Ini merujuk pada seberapa tinggi gaya (tekanan) akan menyebabkan kolom air raksa (simbol kimia Hg) meningkat dalam tabung. Semakin besar tekanan, semakin merkuri dipaksa atas tabung.
Sistolik adalah waktu dimana arteri terbesar berada di bawah tekanan ketika jantung memompa darah ke dalamnya. Darah tambahan yang dipaksa masuk ke dalam arteri membuat mereka meregang. Diastolik adalah waktu dimana arteri paling tidak berada di bawah tekanan dari darah ketika jantung beristirahat (antara pompa atau mengalahkan) dan arteri telah kembali ke ukuran normal.

Prinsip Fisika dari Tensimeter

Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah (tensimeter) sama dengan U-Tube Manometer. Manometer adalah alat pengukur tekanan yang menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi liquid statik untuk menentukan tekanan. Manset dipasang ‘mengikat’ mengelilingi lengan dan kemudian ditekan dengan tekanan di atas tekanan arteri lengan (brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya diturunkan. Pembacaan tinggi mercuri dalam kolom (tabung manometer) menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest pressure (diastolic).

Prinsip U-Tube Manometer
Tekanan pada titik A sama besarnya dengan pada titik 1. Tekanan di titik 2 adalah tekanan di titik 1 ditambah dengan 5h1. Tekanan di titik 2 sama dengan tekanan di titik 3, yaitu 6h2. Berdasarkan persamaan besar tekanan di titik 2 dan titik 3, dapat dituliskan sebuah persamaan :
7
Fluida pada A dapat berupa liquid atau gas. Bila fluida pada A berupa gas, pada umumnya tekanan 5h1 dapat diabaikan, karena berat dari gas sangat kecil sehingga P2 hampir sama dengan PA. Oleh karena itu berlaku persamaan :
8
Dalam kasus alat pengukur tekanan darah, h2 adalah tinggi cairan merkuri pembacaan pada kaca tabung dan 6adalah berat spesifik dari merkuri.
Stetoskop biasanya diletakkan diantara lengan (arteri pembuluh darah) dekat siku dan ‘bebatan kain bertekanan’ yang mengikat lengan. Tujuan bebatan kain dipompa (diberi tekanan) agar aliran darah yang melewati pembuluh darah arteri di lengan jadi terhenti. Pada saat tekanan dalam bebatan kain dilepaskan perlahan-lahan, dan kemudian darah mulai dapat mengalir lagi melalui pembuluh darah arteri, maka dari stetoskop akan terdengar suara wussshhhh…(suara sedkit menghentak). Hal itu merupakan pertanda untuk ‘mencatat’ penampakan ukuran pada manometer, yang merupakan tekanan darah systolic. Dan seterusnya sampai suara (wushhh…) tidak terdengar kembali yang mana itu merupakan ukuran tekanan darah dyastolic (dilihat dari displai manometer).
Ukuran tekanan darah normal untuk manusia dewasa (dengan kondisi saat pengukuran normal, tidak setelah berolahraga):
*Systolic           : kurang dari 120 mmHg (2,32 psi atau 15 kPa)
*Diastolic          :     kurang dari 80 mmHg (1,55 atau 10 kPa)
Mempelajari tentang sirkulasi tekanan darah, tentu harus bertolak dari Hukum Poiseulle & Bernouli karena dalam hukum tersebut ada hubungan antara tekanan, kekuatan aliran & tahanan (Poiseuille) yg berlaku di dalam susunan pembuluh darah. Pada prinsipnya, darah itu ngalir ke arah turunnya tekanan yg berlaku di sepanjang pembuluh darah tersebut.. Sekitar tahun 1730, R. Stephen H. menggunakan pipa gelas panjang yg langsung dihubungin ke pembuluh arteri kuda dengan perantara trakea angsa. Apabila  para ahli bedah, mengukur pembuluh darah memakai kateter yg dipasang langsung pada pembuluh darah, yang sebelumnya salah satu ujung kateternya dihubungin ke transduser tekanan. Tapi karena cara yang digunakan R. Stephen H dan para ahli bedah tersebut sangat tidak praktis, maka diciptakanlah sphygmomanometer (tensi.red) yg terdiri dari manometer air raksa, pressure cuff & stetoskop. Pressure cuff dipasang pada lengan kemudian dipompa perlahan-lahan dengan tujuan aliran darah dapat distop, kemudian akan terlihat air raksa dalam tabung naik pada skala tertentu (S), kemudian saat pressure cuff dilepaskan secara perlahan (D). Stetoskop diletakan di daerah volar persis di atas arteri brakhialis, melalui stetoskop itu akan terdengar vibrasi turbulensi darah yg disebut Bunyi Korotkoff. Bunyi hilang pertama disebut Sistolik (S), sedangkan bunyi muncul pertama disebut Diastolik (D). Dari situ kita bisa memprediksi tekanan darah seseorang (dengan catatan systole dan diastole).

Cara pengukuran tekanan darah

Cara menggunakan tensimeter air raksa adalah
  1. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuff) pada lengan atas.
  2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.
  3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara memompakan udara ke dalamnya. Kantong karet yang membesar akan menekan pembuluh darah lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.
  4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar sumbat udara.
  5. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi denyut pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah nilai tekanan sistolik.
  6. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik.

Tekanan sistolik adalah besarnya tekanan yang timbul pada pembuluh arteri saat jantung memompa darah (berkontraksi). Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung dalam fase istirahat. Alat ini sangat penting jika ada diantara keluarga menderita tekanan darah tinggi, maka perlu memiliki alat pengukur tekanan darah (sphygmomanometer). Salah satu kunci keberhasilan mengendalikan tekanan darah pasien tekanan darah tinggi adalah pengukuran tekanan darah secara teratur.
Selain alat ukur tekanan darah secara manual seperti di atas, ada juga sphygmomanometer digital yang bekerja otomatis. Tekanan darah akan tampil di layar setelah sphygmomanometer digital selesai mengukur tekanan darah.
Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:
  1. sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
  2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg ( ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.
  3. Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
  4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.
Penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan berikut:
  1. Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama
  2. tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)
  3. udara atau debu di air raksa
Alasan yang pertama mudah kelihatan. Ada dua saringan dalam setiap sphygmomanometer air raksa yaitu di lubang tabung kaca dan tendon. Saringan di atas tabung kaca dapat menjadi tersumbat dengan mudah. Ketika air raksa menyentuh saringan, akan terjadi kelebihan tekanan. Penanganan yang tidak baik setelah dipakai yaitu membiarkan air raksa di tabung kaca dan tidak kembali ke tabung air raksa.
Alasan yang kedua berkaitan dengan fakta bahwa air raksa adalah suatu logam berat dan berisi material yang tidak murni. Keadaan ini menyebabkan dalam waktu yang lama akan mengotori tabung gelas/kaca. Akibatnya gerakan raksa saat turun terhambat.
Alasan yang ketiga adalah masuknya gelembung udara. Ini disebabkan oleh cara penanganan yang tidak sesuai dari sphygmomanometer air raksa. Debu dapat masuk lewat udara. Memindahkan sphygmomanometer air raksa tanpa mengunci air raksa kembali ke kontainer dan meninggalkan klep membuka dapat menghasilkan suatu gelembung udara di air raksa.

2. Tensimeter Digital
Tensimeter digital  merupakan tensimeter modern yang akurat dianjurkan untuk digunakan dirumah untuk memantau tekanan darah. Berbeda dengan tensimeter raksa yang menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda menentukan tekanan sistolik dan diastolik, tensimeter digitil menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya. Tensimeter air raksa : Merupakan tensimeter konvensiaonal yang diluar negeri sudah tidak boleh digunakan lagi karena bahaya dari air raksa, jika sampai alat pecah dan air raksanya terkena kulit atau pernapasan.
  1. Tensimeter digital : Merupakan tensimeter modern yang akurat dianjurkan untuk digunakan dirumah untuk memantau tekanan darah. Berbeda dengan tensimeter raksa yang menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda menentukan tekanan sistolik dan diastolik, tensimeter digitil menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya.

Tensimeter bebas air raksa
Mengingat bahwa air raksa merupakan logam bera yang berbahaya, maka sekarang sudah banyak beredar Sphygmomanometer yang tidak menggunakan raksa contohnya UM-101 A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer. Pertimbangan banyak dokter dan perawat yang beralih ke UM-101 A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer adalah:
  1. Akurat, konsisten inovatif design.
  2. Bebas Mercury /air raksa : aman untuk pasien, diri sendiri, staff dan lingkungan.
  3. Tidak ada perasaan cemas menggunakan sphygmomanometer.
Mercury-Free Sphygmomanometer mempunyai cara kerja yang sama dengan tensimeter air raksa.

Cara penggunaan Tensimeter digital :
Masukkan manset ke lengan atas dan tekan tombol. Maka dalam 20 detik hasilnya akan terpampang di layar LCD, besar sistolik, diastolic dan detak jantung.
Ada juga yang menggunakkan digital tensimeter, perbedaannya pada tampilan tensimeter yang ada pada layar digital dan dijalankan secara otomatis menggunakkan sensor. Kelemahannya menggunakkan battery dan keakuratan tiap merk berbeda, harus dikomparasikan dengan unit standar untuk lebih baiknya.
Sesuai dengan kebutuhan, inovasi pada tensi digital, wrist tensimeter. Pengukuran tekanan darah bukan hanya kebutuhan saat kita memeriksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit saja, tetapi pasien ataupun orang lain bisa menggunakkannya untuk memonitor dirinya sendiri dalam berbagai macam hal. Digunakan pada pergelangan tangan dengan setting otomatis dan bisa melakukan tensi secara otomatis berkala, misal tiap 3 menit.
STETOSKOP
Pengertian Stetoskop

Stetoskop berasal dari bahasa Yunani yaitu stéthos yang berarti dada dan skopé yang berarti  pemeriksaan. Stetoskop  adalah sebuah alat medis akustik yang berfungsi untuk auskultasi, atau mendengarkan suara-suara internal tubuh, seperti suara jantung, paru, dan usus.

Sejarah  Stetoskop dan Cara Kerja Stetoskop
            Sebelum stetoskop ditemukan, para dokter memeriksa dada kliennya dengan cara menempelkan telinganya secara langsung ke dada klien. Cara seperti ini tentu mengganggu klien. Selain itu, suara yang terdengar  juga kurang jelas karena hanya menggunakan salah satu telinga.
Stetoskop ditemukan di Perancis pada 1816 oleh René-Théophile-Hyacinthe Laennec,  Stetoskop awalnya tercipta dari sebuah kesulitan, Rene Theophile Hyacinthe Laennec marasa sulit mendeteksi detak jantung pasien tanpa alat bantu. Untuk itu, ia menggulung kertas yang kemudian ditempelkan pada tubuh pasien untuk memperbesar suara denyut nadi. Suatiu ketika , Rene teringat pernyataan Leonardo da Vinci. Leonardo mengatakan bahwa kayu dapat dijadikan media untuk memperbesar suara yang lirih. Dari pernyataan itu, ia kemudian mencoba menggunakan kayu untuk memecahkan kesulitan nya mendengar denyut nadi pasien. Melalui berbagai percobaan, Pada tahun 1819, Rene berhasil menciptakan stetoskop pertama yang diberi nama Baton, Bentuknya berupa pipa silinder berlubang yang terbuat dari kayu dengan panjang 5,9 inchi atau 15 cm. Alat itu ditempelkan pada tubuh pasien dan bagian ujungnya didengarkanpada telinga sang dokter. Bentuk Baton kemudian berkembang menjadi gelas berbentuk pipa atau jam pasir dengan panjang 15-22,5 cm. Berkat kemajuan teknologi, pada abad 19 stetoskop dikembangkan dengan bahan karet dan alumunium. Kemudian, penemuan Rene disempurnakan oleh Nicholas P Cominspada tahun 1829, Ia menciptakan stetoskop yang memungkinkan seseorang mendengar denyut nadi dengan kedua telinga. Inilah stetoskop yang kita kenal bentuknya saaat ini. Penemuan Rene dan Nicholas ini bisa dikatakan sebagai penemuan yang mengubah dunia. Sebab, stetoskop ini menjadi semacam alat wajib untuk menganalisis penyakit pasien. Waktu itu stetoskop  terdiri dari tabung kayu. Tahun 1851, Arthur Binaural Leared menciptakan stetoskop dari karet dan pada tahun 1852 George Cammann menyempurnakan desain stetoskop  dan mulai diproduksi untuk tujuan komersial.Rappaport dan Sprague merancang stetoskop baru di tahun 1940-an, yang merupakan cikal bakal  standar  ukuran stetoskop masa kini, terdiri dari dua sisi, salah satunya adalah digunakan untuk sistem pernapasan, dan yang lainnya digunakan untuk sistem kardiovaskular. Pada awal tahun 1960 Dr David Littmann, seorang profesor Harvard Medical School, menciptakan stetoskop baru yang lebih ringan dibandingkan  model-model sebelumnya hingga akhir tahun 1970 ditemukan sistem diafragma yang meningkatkan hasil pendengaran.


Jenis Stetoskop
 Ada beberapa jenis stetoskop, antara lain :
Stetoskop Akustik
Stetoskop Akustik ini paling umum  bagi kebanyakan orang, terdiri dari diafragma, chestpiece, bel, pipa karet / plastik, earpiece. Di bagian chestpiece ini terdiri dari dua sisi yang dapat ditempatkan pada klien untuk mendengarkan suara, yaitu sebuah diafragma (bagian plastik bundar) dan  bel.


Bagian Stetoskop
Jika diafragma atau bel diletakkan di klien, suara tubuh menggetarkan diafragma, menciptakan gelombang tekanan akustik yang berjalan ke atas pipa menuju telinga pendengar. Bel mentransmisikan suara frekuensi rendah, sedangkan diafragma mentransmisikan suara dengan frekuensi yang lebih tinggi.
Sungkup terbuka (open bell) berfungsi untuk menyesuaikan/menyamakan impedansi antara kulit dan udara. Bagian ini menghimpun suara dari daerah yang berkontak. Kulit pasien yang bersentuhan dengan sungkup terbuka berfungsi seperti diafragma. Kulit pasien memiliki frekuensi resonan alami yang efektif untuk menghantarkan bunyi jantung. Frekuensi resonan ditentukan oleh diameter sungkup dan tekanan sungkup pada kulit. Semakin kencang kulit tertarik, semakin tinggi frekuensi resonan. Semakin besar diameter sungkup, semakin rendah frekuensi resonan kulit. Rentang suara yang diinginkan dapat diperluas dengan mengubah ukuran sungkup dan mengubah-ubah tekanan sungkup terbuka terhadap kulit (sehingga ketegangan pada kulit juga berbeda). Murmur jantung berfrekuensi rendah tidak akan terdengar apabila stetoskop terlalu kencang ditekan ke kulit.
Sungkup tertutup (closed bell) sebenarnya hanyalah sebuah sungkup yang memiliki diafragma dengan frekuensi resonan tertentu, biasanya tinggi, dan menghambat suara-suara berfrekuensi rendah. Frekuensi resonannya dikendalikan oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mengatur frekuensi sungkup terbuka yang ditekankan ke kulit. Stetoskop sungkup tertutup terutama digunakan untuk mendengarkan bunyi paru yang frekuensinya lebih tinggi daripada bunyi jantung.
Apa bentuk sungkup yang terbaik? Karena kita menghadapi suatu sistem yang tertutup di salah sate ujung jauhnya oleh diafragma peka tekanan-gendang telinga-sebaiknya digunakan sungkup yang volumenya sekecil mungkin. Semakin kecil volume gas di dalam sungkup, semakin besar perubahan tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan diafragma di ujung lonceng yang lain.
Volume selang juga harus kecil, dan seyogianya suara yang hilang akibat gesekan dengan dinding selang sedikit. Restriksi oleh volume yang kecil menunjukkan selang pendek berdiameter kecil, sedangkan restriksi oleh gesekan yang kecil menunjukkan selang berdiameter besar. Oleh karena itu, apabila diameter selang terlalu kecil, banyak suara yang akan hilang akibat gesekan. Apabila diameter terlalu besar, maka volume udara yang dipindahkan menjadi terlalu banyak. Pada keduanya, efisiensi berkurang. Di bawah sekitar 100 Hz, panjang selang tidak banyak memengaruhi efisiensi, tetapi• di atas frekuensi ini, efisiensi berkurang seiring dengan semakin panjangnya selang. Pada 200 Hz, perubahan selang dari panjang 7,5 cm menjadi 66 cm menyebabkan kehilangan 15 dB. Suatu keputusan yang disepakati adalah selang dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 0,3 cm.
Earpiece harus terpasang pas di telinga karena kebocoran udara mengurangi suara yang terdengar. Semakin rendah frekuensi, semakin bermakna kebocoran tersebut. Kebocoran juga menyebabkan suara bising di sekitar kita masuk ke telinga. Earpiece biasanya dirancang untuk mengikuti arah saluran telinga yang sedikit condong ke depan.


Stetoskop Elektronik
Stetoskop elektronik memerlukan konversi gelombang suara akustik untuk sinyal-sinyal listrik.  Tidak seperti stetoskop akustik, yang semuanya didasarkan pada metoda fisika. Stetoskop elektronik terdiri dari bagian membran biasa disebut chest piece, selang/tubing, mik kondensor, dan jack penghubung ke soundcard. Stetoskop biasa dipotong pada earpiece-nya kemudian dipasang mik kondensor sebagai transducer untuk mengubah suara menjadi getaran listrik. Selanjutnya dipasang jack yang sesuai dengan soundcard.
Stetoskop Elektronik
Stetoskop elektronik dapat digunakan dengan menggunakan teknologi melalui bluetooth. Kalau dilihat dari modelnya memang terlihat sama dengan stetoskop biasa. Dengan adanya bluetooth ini tentu akan memberikan kemudahan bagi pemeriksa untuk dapat menganalisa tanpa dibatasi jarak terlalu pendek dengan kliennya. Tidak hanya itu saja, stetoskop canggih ini memiliki kemampuan untuk menolak suara berisik dari luar, selain itu Anda juga dapat merekam dan mendokumentasikan irama detak jantung klien.
Stetoskop Janin
Sebuah stetoskop janin atau fetoscope adalah stetoskop akustik berbentuk seperti terompet. Ia ditempatkan pada perut wanita hamil untuk mendengarkan bunyi jantung janin. Stetoskop janin juga dikenal sebagai Pinard’s stetoskop atau pinard.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar