Penyakit HIV/AIDS tergolong new emerging diseases dan telah menyerang hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic). Tingkat epidemi menunjukkan tingkat perilaku beresiko cukup aktif menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu. Misalnya konsentrasi HIV pada kelompok penjaja seks, pada laki-laki ‘hidung belang’. dan pada para penyalahguna NAPZA, ada prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tersebut.
Dalam epidemi HIV secara statistik masa AIDS terjadi antara 5 - 15 tahun setelah tertular HIV. Gejala-gejala penyakit terkait AIDS seperti diare, sariawan, jaum, TB, dan sebagainya pada mereka yang tertular HIV di bawah lima tahun. Cara penularan HIV/AIDS yang menonjol adalah melalui hubungan seks (heteroseksual), melalui hubungan homoseksual dan penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik (IDU = Intravena Drug Use).
Data Depkes, rate kasus AIDS Nasional sampai dengan Maret 2011 adalah 10,62 per 100.000 penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah penduduk Indonesia 230.632.700 jiwa). Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari provinsi Papua (16,6 kali rate nasional), Bali (4,7 kali rate nasional), DKI Jakarta (4,3 kali rate nasional), Kep. Riau (2,4 kali rate nasional), Kalimantan Barat (2,3 kali rate nasional), Dl Yogyakarta (1,5 kali rate nasional), Maluku (1,4 kali rate nasional), dan Bangka Belitung (1,1 kali rate nasional). Proporsi infeksi oportunistik yang terbanyak adalah TBC (11.915 kasus), diare kronis (7.254 kasus), kandidiasis oro-faringenal (7.098 kasus), dermatitis generalisata (1.767 kasus), dan limfadenopati generalist persisten (795 kasus).
Secara kumulatif, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sejak 1978 sampai Maret 2011 sebanyak 24.482 kasus tersebar di 300 kab/kota di 32 provinsi. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (31,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun (9,5%). Dari jumlah itu, 4.602 kasus atau 18,8 % diantaranya meninggal dunia. Sementara kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta (3.995), Jawa Timur (3.775), Jawa Barat (3.728), Papua (3.712), Bali (1.747), Kalimantan Barat (1.125), Jawa Tengah (1.030), Sulawesi Selatan (591), Sumatera Utara (507), dan DIY (505). Cara penularan kasus AIDS terbanyak melalui heteroseksual (53,1%), disusul IDU (37,9%), LSL (3,0%), perinatal (2,6%), transfusi darah (0,2%) dan tidak diketahui (3,2%)
(depkes.go.id).
PENCEGAHAN
Sejatinya, upaya pencegahan penularan HIV/Aids terus gencar dilakukan. LSM-LSM telah banyak yang memberikan edukasi kepada mereka-mereka yang rentan terkena HIV/Aids. Seperti penyuluhan pada para pelaku seks aktif, seperti Pekerja Seks Komersial (PSK). Pengetahuan tentang HIV/Aids pun telah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan tapi hanya sedikit dan tidak lebih dari 2 jam pelajaran selama anak menempuh pendidikan di sekolah menengah pertama. Pengenalan HIV/Aids dipelajari dalam materi Kesehatan Reproduksi Kelas IX.
Sayang, materi penyuluhan tentang HIV/Aids untuk masyarakat umum maupun pelajar itu minus muatan moral dan agama,
Padahal, akar munculnya penyakit HIV/Aids memang terkait dengan perilaku sosial yang erat kaitannya dengan moral. Sebab jika ditelusuri, munculnya HIV/Aids terjadi karena aktivitas sosial yang menyimpang dari tuntunan agama.
"HAL YANG TERPENTING LINDUNGI DIRI & KELUARGA DENGAN PENGETAHUAN BAHAYA SEX BEBAS DAN BEKALI DENGAN ILMU AGAMA YANG KUAT"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar