Pada tanggal 10 November 2013 kemarin merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. kembali ke tahun 1945, Peristiwa 10 November merupakan peristiwa sejarah perang terbesar antara Indonesia dan Belanda dalam revolusi nasional Indonesia.
Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki (6-9 Agustus 1945).
Mengisi kekosongan tersebut, Ir Soekarno mewakili rakyat Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Sebelum dilucuti oleh sekutu, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang.
Tanggal
15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian
mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Misi : atas keputusan dan atas
nama Sekutu, melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang
ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Juga
mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya.
Dan hal yang membuat marah rakyat Indonesia diberbagai wilayah adalah kehadiran NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang membonceng tentara inggris pada saat itu.
Bahkan di Surabaya, dikibarkan bendera Belanda di Hotel Yamato, telah melahirkan Insiden Tunjungan.
Akhirnya bentrokan-bentrokan
bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya tidak terelakkan, dan memuncak dengan
terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober.
Penggantinya
(Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan
penghinaan, yaitu : bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang
bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang
ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas paling
lambat jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum ditolak, sebab Republik
Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan),
dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah
dibentuk.
Pada
10 November pagi, tentara Inggris melancarkan serangan besar-besaran.
Dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan
sejumlah besar kapal perang dengan rencana bahwa perlawanan rakyat
Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja. Hal ini tidak seimbang dengan persenjataan yang dimiliki rakyat Indonesia pada saat itu, yang hanya bersenjatakan bambu runcing, pedang, dan senjata hasil rampasan.
Di
luar dugaan, para tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari kalangan
ulama’ serta kiyai-kiyai pondok jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH.
Wahab Hasbullah, serta kiyai-kiyai pesantren lainnya mengerahkan
santri-santri mereka dan memfatwakan bahwa mengusir penjajah merupakan jihad, serta mati dalam peperangan untuk mengusir penjajah merupakan mati syahid. Juga ada pelopor muda seperti
bung Tomo dan lainnya. sehingga perlawanan itu bisa bertahan lama dari prediksi tentara Inggris, kurang
lebih sebulan sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris.
Peristiwa
berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan
rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan
kemerdekaan.
Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban, bahkan menurut sejarah jembatan dan sungai yang digunakan dalam medan pertempuran sampai berubah berwarna merah, hal tersebut menggambarkan betapa hebatnya pertempuran kala itu. kejadian itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar