IPA Dan Model-model Pembelajaran
ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA
1. Pengertian IPA
IPA menurut Carin & Sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Abruscato (1996) dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan sains sebagai suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti- bukti yang dapat diamati. Dari beberapa teori yang diungkapkan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya melalui proses dan menghasilkan suatu produk sains.
2. Pengertia Fakta, Konsep, Prinsip, Hukum, dan Teori.
a. Fakta
Fakta merupakan produk paling dasar dari sains (IPA). Fakta-fakta merupakan dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan keadaan sesuatu. Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. karena fakta-fakta diperoleh dari hasil observasi, maka fakta-fakta merepresentasikan apa yang dapat dilihat. Seringkali, dua buah kriteria berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi sebuah fakta yaitu :
• dapat diamatai secara langsung
• dapat didemonstrasikan kapan saja
Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka bagi siapapun yang ingin mengamatinya. Namun, kita harus ingat bahwa dua kriteria di atas tidak selalu berlaku karena ada informasi faktual yang hanya terjadi sekali dalam jangka waktu yang sangat lama, seperti erupsi gunung berapi.
b. Konsep
Fakta-fakta hanyalah merupakan bahan kasar dan harus diolah lagi sehingga membentuk gagasan yang berarti dan hubungan-hubungan antarfakta. Aktivitas berpikir dan menalar diperlukan untuk mengidentifikasi pola dan membuat kaitan antardata, sehingga membentuk pertalian yang disebut dengan konsep.
Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala yang memiliki sifat tertentu atau lambang. Konsep juga merupakan konstruksi mental yang digunakan untuk menginterprestasika hasil observasi ikan, misalnya, memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan reptil dan mamalia. Dikemukakan oleh Collette & Chiappetta, menurut Bruner, Goodnow, dan Austin (1956), sebuah konsep setidaknya memiliki 5 unsur yaitu nama, definisi, lambang, nilai, dan contoh.
Contoh konsep dalam sains antara lain:
• Hewan berdarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya.
• Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
• Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.
c. Prinsip
Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hasil generalisasi dari konsep- konsep. Prinsip dan hukum seringkali digunakan secara bergantian sebagai sinonim. Prinsip atau hukum terdiri dari fakta-fakta dan konsep-konsep. Prinsip-prinsip dan konsep-konsep lebih umum daripada fakta-fakta, tetapi juga sering dikaitkan dengan gejala yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu. Prinsip-prinsip yang mengatur pertumbuhan dan reproduksi menyediakan informasi yang dapat dipercaya berkenaan dengan perubahan yang terjadi dalam sistem kehidupan. Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku bagi sekolompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Prinsip diperoleh lewat proses induksi dari hasil berbagai macam observasi.
Contoh produk IPA yang merupakan prinsip ialah :
• Logam bila dipanaskan memuai
• Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses fotosintesis
• Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang bersifat basa akan membentuk garam dan bersifat netral.
• Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kuat angin berhembus
d. Hukum
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari hal berikut :
• Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian
• Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable
Hukum-hukum tentang gas, hukum-hukum tentang gerak, dan hukum tentang listrik sebagai contoh, menentukan hal-hal yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu.
Contoh:
Hukum ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat arus dan tegangan listrik, yaitu ”besarnya hambatan sebanding dengan besarnya tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya”. Hukum tersebut secara matematis dibahasakan dalam bentuk persamaan :
R = V dimana R = tahanan
V = tegangan
I = kuat arus
e. Teori
Teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. Ilmuwan menggunakan teori untuk menjelaskan pola-pola. Teori merupakan usaha intelektual yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan kompleksitas dan kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan langsung. Gagasan ini menjadi jelas ketika orang merujuk teori atom, yang menyatakan bahwa seluruh benda tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang disebut dengan atom. Gambaran visual ini akan lebih sukar diterima ketika kita meninjau salah satu aspek teori yang menyatakan bahwa sebuah atom sebenarnya 99,99 % kosong.
Teori memiliki tujuan yang berbeda dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan hukum-hukum, tetapi ilmuwan menggunakan jenis pengetahuan ini untuk menyajikan penjelasan-penjelasan dari fenomena-fenomena yang terjadi. Teori-teori mempunyai hakikat berbeda dan tidak pernah menjadi fakta atau hukum, tetapi teori tetap berlaku sementara sampai disangkal atau direvisi.
3. Model-Model Pembelajaran IPA
Penerapan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh setiap pendidik memilki karakter yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh isi materi dan kemampuan pendidik itu sendiri. Kreatifitas seorang guru akan sangat diperlukan khususnya pembelajaran IPA, karena dalam pembelajaran IPA tidaklah cukup dengan menggunakan model dan metode yang biasa diterapkan dalam pembelajaran yang lainnya.hal ini harus diakui secara seksama karena materi IPA memerlukan suatu aktifitas yang langsung dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. IPA dalam pembelajarannya memilki ciri yang berbeda dengan membelajarkan materi yang lain kepada siswa, salah satu ciri yang menonjol adalah adanya proses pembelajaran yang berproses dengan menggunakan observasi, percobaan, dan pemecahan masalah. Memang ciri ini dimiliki oleh materi pelajaran yang lain, akan tetapi prosedur dalam pengalikasiaanya memliki pesamaan dengan metode yang dilakukan oleh para ahli, dan para penemu-penemu sebelumnya.
Adapun model-model pembelajaran IPA adalah salah satunya terdapat pada pendekatan CTL (contextual teaching and learning).
Adapun penerapan pendekatan CTL di dalam kelas secara umum adalah sebagai berikut :
1. Construtivisme
2. Inquiri (penemuan)
3. Questioning (bertanya)
4. Learning comuniti (pengelompokan belajar)
5. Modeling (media)
6. Reflction (rangsangan)
7. Authentic assessment (penilaian nyata) atau penilaian langsung
Adapun ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL adalah sebagai berikut :
1. Kerja sama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber belajar
7. Siswa aktif
8. Shering dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding kelas penuh dengan karya siswa
Melihat penerapan dan ciri-ciri pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL tentu terlintas dalam pikiran kita bahwa pendekatan CTL adalah integrasi dari berbagai model-model pembelajaran.
Banyak model dan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL diantaranya adalah sebagai berikut :
a. CBSA
b. Pendekatan keterampilan proses
c. Life skill education
d. Authention intruksional (pembelajaran basis nyata)
e. Inquiri (pembelajaran berbasis penemuan)
f. Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah)
g. Cooperative learning (pembelajaran kopratif)
h. Servis learning (pembelajaran layanan)
4. Pengertian dan Penerapan Model-Model Pembelajaran IPA dengan menerapkan Pendekatan CTL
a. CBSA
CBSA adalah cara belajar siswa aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Terdapat sejumlah prisip-prinsip belajar yang dijadikan sebagai titik tolak untuk meningkatkan derajat keterlibatan murid dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut (Conny Semiawan, dkk, 1985 : 9-13; Sulo Lipu La Sulo, dkk, 2002 : 11) adalah sebagai berikut :
1. Prinsip motivasi
2. Prinsip latar atau kontek
3. Prinsip focus
4. Prinsip sosialisasi
5. Prinsip belajar sambil bekerja, bermain, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan keinginan siswa.
6. Prisip menemukan
7. Prinsip pemecahan masalah
Dalam pendekatan CBSA terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan RPP (Conny Semiawan, dkk, 1985 : 9-13; Sulo Lipu La Sulo, dkk, 2002 : 11) yaitu sebagai berikut :
1. Mengupayakan variasi kegiatan dan suasana pembelajaran dengan penggunaan berbagi strategi/metode/tekhnik dalam pembelajaran.
2. Menumbuhkan prakarsa murid untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
3. Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam pembelajaran
4. Menyidiakan dan menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan
5. Pemantauan yang intesif dalam kegiatan pembelajaran dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan dengan segera.
Adapun penerapan dalam pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembelajaran siswa lebih memiliki keterlibatan fisik maupun mental terlihat dalam pemberian tuagas, penyelesaian tugas secara tuntas yang melebihi yang diharapkan, dan tergugahnya emosi oleh suasana yang tersirat dalam pembelajaran.
2. Siswa memiliki keberanian mengemukakan pendapat tanpa diminta, mengemukakan usul dalam penetapan tujuan atau cara kerja, kesediaan mencari sumber belajar tambahan.
3. Guru sebagai fasilitator, pemantau kegiatan pembelajaran, siap member balikan yang diperlukan murid.
4. Menggunakan alat peraga dalam pengenalan konsep atau prinsip.
5. Guru menggunakan variasi multi metode dan multi media dalam setiap pembelajaran yang diikuti dengan keragaman bentuk dan alat dalam pembelajaran.
6. Adanya interaksi antar murid dalam pembelajaran, baik aspek intelektual maupun aspek sosio-emosional yang akan mengembangkan kompetensi sosial, utamanya kemauan dan kemampuan bekerja sama.
b. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagai keterampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran itu “keterampilan memproseskan perolehan suatu konsep terlaksana yang dapat membantu kita untuk penerapan CBSA” (Conny Semiawan, 1985 : 3). Penerapan PKR dalam pembelajaran member penekanan agar dalam pembelajaran itu para murid dilatih keterampilan-keteramplan mendasar yang bias dipergunakan para ilmuan dalam menghasilkan penemuan-penemuan besar dalam ilmu pengtahuan seperti, mengamati, menghitung, mengukur dan mengklasifikasi. Adapun penerapan dalam pebelajaran dengan menggunakan pendekatan PKR adalah sebagai berikut :
1. Siswa dengan memproseskan perolehannya akan menemukan fakta, konsep dan prinsip sendiri.
2. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
3. Kondisi kelas menyenangkan dengan aktivitas siswa yang bebas menemukan atau memperoleh suatu fakta, konsep, dan prinsip sendiri.
4. Siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Terdapat beberapa manfaat dengan menerapkan PKR dalam pebelajaran di SD/MI (Funk, 1985, dari Moedjiono dan Moh.Dimyati, 1992/1993 : 14) sebagai berikut :
1. Murid akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan
2. Murid bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu
3. Murid secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan.
c. Inquiri
menurut Piaget mendefinisikan model inkuiri adalah sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol – simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan orang lain.
Ruang lingkup Model inkuiri
• Ciri utama model pembelajaran inkuiri, yaitu :
- Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar
- Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self Belief). Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan Guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
- Dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis,logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. (sanjaya, 2006 : 194-195).
• Kekuatan metode inkuiri, yaitu :
- Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri,
- Membuat konsep sendiri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya,
- Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif peserta didik,
- Penemuan – penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
- Tidak menjadikan guru sebagai satu – satunya sumber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. (Sanjaya,2006)
• Kelebihan – kelebihan dari pembelajaran inkuiri adalah :
- Strategi pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, efektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
- Strategi pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
- Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata – rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
- Tidak menjadikan guru sebagai satu – satunya sunber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. (Sanjaya, 2006 : 206).
• Langkah – langkah yang ditempuh dalam pembelajaran inkuiri adalah :
- Observasi (observation)
- Bertanya (questioning)
- Mengajukan dugaan (hipotesis)
- Pengumpulan data (data gathering)
- Penyimpulan (conclussioning)
(Nurhadi, 2002 : 12)
Tahap belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tabel berikut ini adalah sintaks dan tingkah laku guru dalam model belajar melalui penemuan.
Tabel 1. Tahap Model Belajar Melalui Penemuan
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Observasi untuk menemukan masalah
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah.
Tahap 2 Merumuskan masalah
Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya.
Tahap 3 Mengajukan hipotesis
Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya.
Tahap 4 Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain)
Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.
Tahap 5 Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain)
Selama siswa bekerja guru membimbing dan memfasilitasi.
Tahap 6 Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data.
Tahap 7 Analisis data
Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan sesuatu konsep
Tahap 8 Penarikan kesimpulan atau penemuan
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.
d. Cooperatif Learning
Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu :
a. adanya kontak langsung,
b. sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok
c. adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut
Hal yang penting dala model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural.
Tabel. 2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok Pendekatan Struktural
Tujuan kognitif Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri
Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama Kerja kelompok dan kerja sama Kerjasama dalam kelompok kompleks
Keterampilan kelompok an keterampilan sosial
Struktur tim Kelompok heterogen dengan 4-5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ”asal” dan kelompok ”ahli”
Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anngota.
Pemilihan topik pelajaran Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
Siswa mempelajari materi dalam kelompok” ahli” kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat berupa tes mingguan
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
Bervariasi
Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Publikasi lain
Lembar pengetahuan dan publikasi lain Bervariasi
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khususnya. Tabel 3 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan tingkah laku guru pada setiap fase.
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase2
Menyajikan informasiGuru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar, Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Memberikan penghargaan, Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
e. Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah)
Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan dua model yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah mempunyai ciri umum yaitu menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna yang akan memberi kemudahan kepada para siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri khusus yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk tersebut serta adanya kerja sama. Masalah autentik adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung jika ditemukan penyelesaiannya. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya dapat memenuhi permintaan pasar” Apabila pemecahan terhadap masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan secara ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah kandungan klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas cahanyanya berbeda” merupakan masalah akademis yang apabila ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis secara langsung.
Masalah autentik juga sangat menarik minat siswa sebagai subyek belajar, karena terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari dan bermanfaat bagi dirinya. Dengan mengangkat masalah-masalah autentik ke dalam kelas, maka pembelajaran akan lebih bermakna.
Adapun landasan teoritik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah adalah gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya, Piaget yang berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu pada anak akan memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dala otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut dalam model pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 4 berikut ini adalah sintaks model pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku guru pada setiap tahap sintak.
Tabel. 4. Tahap Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA
1. EXAMPLES NON EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD
Langkah-langkah:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan.
c. Guru memberii petunjuk dan memberii kesempatan pada perserta didik untuk mengurutkan gambar, memperhatikan/menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang perserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi perserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
2. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk/memanggil perserta didik secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alas an/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman.
3. NUMBERED HEADS TOGETHER
Kepala bernomor, Spencer Kagan,1992
Langkah-langkah:
a. Perserta didik dibagi dalam kelompok, setiap perserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberiikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor perserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Danserau CS, 1985)
Metode belajar dimana perserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a. Guru membagi perserta didik berpasangan.
b. Guru membagikan wacana/materi tiap perserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan perserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar:
e. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
f. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
g. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
h. Kesimpulan perserta didik bersama-sama dengan guru.
i. Penutup.
5. KEPALA BERNOMOR BERURUTAN
(Modifikasi dari Number Heads)
Langkah-langkah:
a. Perserta didik dibagi dalam kelompok, setiap perserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Penugasan diberikan kepada setiap perserta didik berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.
c. Misalnya: Perserta didik nomor satu bertugas mencatat soal. Perserta didik nomor dua mengerjakan soal dan perserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
d. Jika perlu, guru dapat menyuruh kerjasama antar kelompok. Perserta didik disuruh keluar dan kelompoknya dan bergabung bersama beberapa perserta didik bernomor sama dan kelompok lain. Dalam kesempatan ini perserta didik dengan tugas yang sama dapat saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
e. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
f. Kesimpulan.
g. Penutup.
6. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim perserta didik kelompok prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya= 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh perserta didik. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberii evaluasi dan kesimpulan.
7. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp, 1978)
Langkah-langkah:
a. Perserta didik dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberi evaluasi.
h. Penutup.
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
(Pembelajaran berdasarkan masalah)
Langkah-langkah:
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi perserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu perserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).
c. Guru mendorong perserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru membantu perserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu perserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
9. ARTIKULASI
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi.
c. Untuk mengetahui daya serap perserta didik, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
d. Menugaskan salah satu perserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompoknya.
e. Menugaskan perserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagaian perserta didik sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami perserta didik.
g. Kesimpulan/penutup.
10. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal perserta didik atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh perserta didik dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternative jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternative jawaban hasil diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
f. Dari data-data di papan perserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
11. MAKE – A MATCH
(Mencari pasangan) Lorna Curran, 1994
Langkah-langkah:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap perserta didik mendapat satu buah kartu.
c. Tiap perserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap perserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
e. Setiap perserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap perserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
g. Demikian seterusnya.
h. Kesimpulan/penutup.
12. THINK PAIR AND SHARE
(Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Perserta didik diminta berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
c. Perserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para perserta didik.
f. Guru memberi kesimpulan.
g. Penutup.
13. DEBATE
Langkah-langkah:
a. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra.
b. Guru memberiikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas.
c. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar perserta didik dapat mengutarakan pendapatnya.
d. Sementara perserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
e. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
f. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak perserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
14. ROLE PLAYING
Langkah-langkah:
a. Guru menyusun/menyiapkan scenario yang akan ditampilkan.
b. Menunjuk beberapa perserta didik untuk mempelajari scenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.
c. Guru membentuk kelompok perserta didik yang anggotanya 5 orang.
d. Memberiikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e. Memanggil para perserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan scenario yang sudah dipersiapkan.
f. Masing-masing perserta didik berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing perserta didik diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i. Guru memberiikan kesimpulan secara umum.
j. Evaluasi.
k. Penutup.
15. GROUP INVESTIGATION
(Sharan, 1992)
Langkah-langkah:
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
e. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
f. Guru memberiikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
16. TALKING STICK
Langkah-langkah:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberiikan kesempatan kepada perserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.
c. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, perserta didik menutup bukunya.
d. Guru mengambil tongkat dan memberiikan kepada perserta didik, setelah itu guru memberiikan pertanyaan dan perserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
e. Guru memberikan kesimpulan.
f. Evaluasi.
g. Penutup.
17. BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah:
a. Setiap perserta didik mendapat satu pasangan (guru dapat menunjuk pasangannya atau perserta didik dapat memilih sendiri pasangannya).
b. Guru memberiikan tugas dan perserta didik mengerjakan tugas dengan pasangannya.
c. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
e. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
18. SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberiikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d. Kemudian masing-masing perserta didik diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu perserta didik ke perserta didik yang lain selama 15 menit.
f. Setelah perserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada perserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
(Perserta didik/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya)
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
c. Memberiikan kesempatan perserta didik untuk menjelaskan kepada perserta didik lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
d. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari perserta didik.
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Penutup.
20. COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
c. Memberiikan kesempatan perserta didik tanya jawab.
d. Untuk menguji pemahaman, perserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing perserta didik.
e. Guru membaca soal secara acak dan perserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x).
f. Perserta didik yang sudah mendapat tanda v vertical atau horizontal, atau diagonal harus berteriak horay……..atau yel-yel lainnya.
g. Nilai perserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.
h. Penutup.
21. DEMONSTRATION
(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
d. Menunjuk salah seorang perserta didik untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
e. Seluruh perserta didik memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.
f. Tiap perserta didik mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman perserta didik didemonstrasikan.
g. Guru membuat kesimpulan.
22. EXPLICIT INSTRUCTION
(Pengajaran Langsung)
(Rosenshina & Stevens, 1986)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar perserta didik tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah)
Langkah-langkah:
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan perserta didik.
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
c. Membimbing pelatihan.
d. Mengecek pemahaman dan memberiikan umpan balik.
e. Memberiikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)—Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis
(Steven & Slavin, 1995)
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen.
b. Guru memberiikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
c. Perserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
d. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
e. Guru membuat kesimpulan bersama.
f. Penutup.
24. INSIDE-OUTSIDE CIRCLE
(Lingkaran kecil-lingkaran besar)
Oleh Spencer Kasan
Perserta didik saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah:
a. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama menghadap ke dalam.
c. Dua perserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini dapat dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Kemudia perserta didik berada di lingkaran kecil diam di tempat sementara perserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e. Sekarang giliran perserta didik berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
25. TEBAK KATA
Media:
• Buat kartu ukuran 10×10 cm dan isilah cirri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
• Buat kartu ukuran 5×2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti di lipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan di telinga.
Langkah-langkah:
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi selama 45 menit.
b. Guru menyuruh perserta didik berdiri berpasangan di depan kelas.
c. Seorang perserta didik diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang perserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga.
d. Sementara perserta didik membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawaban. Dan seterusnya.
Contoh Kartu:
Aku adalah jenis sayuran hijau.
Batangku berair.
Aku merupakan tumbuhan dikotil.
Aku banyak mengandung vit. K dan zat besi.
NAH……..SIAPA………AKU?
Jawabnya: Bayam.
26. TAKE AND GIVE
Media:
Kartu ukuran 10 x 15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TP).
Kartu contoh sejumlah perserta didik.
Contoh kartu:
Nama perserta didik
Sub materi
1
2
3
Dst.
Lanjutan
Langkah-langkah:
a. Siapkan kelas sebagaimana mestinya. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap perserta didik diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit. Semua perserta didik disururh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap perserta didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
c. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give). Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan perserta didik pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain). Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan.
d. Kesimpulan.
27. CONCEPT SENTENCE
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi secukupnya.
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
d. Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
e. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
f. Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh guru.
g. Kesimpulan.
28. COMPLETE SENTENCE
Media:
Siapkan blangko isian berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyampaikan materi secukupnya atau perserta didik disuruh membacakan buku atau modul dengan wakil secukupnya.
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
d. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap. (lihat contoh)
e. Perserta didik berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
f. Perserta didik berdiskusi secara berkelompok.
g. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki dan tiap peserta membaca sampai mengerti atau hapal.
h. Kesimpulan.
29. PAIR CHECKS
SPENCER KAGEN (1993)
Apa yang dilakukan?
a. Bekerja berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) perserta didik. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih.
b. Pelatih mengecek
Apabila partner benar pelatih memberi kupon.
c. Bertukar peran
Seluruh partner bertukar peran dan mengurangi langkah 1-3.
d. Pasangan mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
e. Penegasan guru
Guru mengarahkan jawaban/ide menurut konsep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar